Amongraga Ni Centhini

Amongraga Ni Centhini
.Centhini Resort and Restaurant berada diketinggian 1050 meter dari permukaan laut , terletak di daerah kawasan wisata Taman Nasional Gunung Halimun , tepatnya 50 meter sebelum di Wana Wisata Gunung Bunder II, Pamijahan, yang masih berada di wilayah Kabupaten Bogor. Ketika Anda dari Jakarta melalui jalan toll Jagorawi, lalu keluar dari jalan toll menuju kearah Sentul selatan ( Sentul City ) , pilih kearah Jasmine dan arah IPB (Darmaga ). Setelah beberapa kilometer melewati IPB, Anda akan menemukan daerah Cikampak, sebuah jalan menuju ke Gunung Bunder II melewati jalan Cikampak Centhini Resort and Restaurant terdapat taman bunga, bamboo, ikan koi serta nuansa perbatuan, serta disekitar Centhini resort terdapat wisata menararik seperti Curug Cadas, Curug Cihurang, Curug Ngumpet, Curug Cigamea, Curug Pangeran, dan Curug Seribu. Selain itu, terdapat juga kawasan wisata Kawah Ratu.

Minggu, 16 Juni 2013

Ringkasan Centhini Jilid i dan II



1. Babad Giri (1487 – 1636)
Sech Wali Lanang dari Jeddah tiba di pelabuhan Gresik pada masa kerajaan Majapahit,
menikah dengan Putri dari Kerajaan Belambangan yang berhasil disembuhkan ketika menderita sakit. Karena Raja Belambangan tidak mau masuk Islam, Seh Wali Lanang meninggalkan Belambangan pergi ke Malaka. Istrinya sudah mengandung kemudian melahirkan bayi laki-laki. Bayi dimasukkan ke-kendaga dibuang ke laut, ditemukan Nyi Semboja yang sedang berlayar, diangkat anak diberi nama Santri Giri. Santri Giri belajar agama Islam kepada Sunan Ngampel, berteman baik dengan Bonang, anak Sunan Ngampel.
Setelah dewasa Santri Giri dan Santri Bonang mau pergi naik haji, mampir di Malaka ketemu Seh Wali Lanang, disuruh pulang lagi. Santri Giri diberi nama Prabu Setmata dan Santri Bonang diberi nama Prabu Anyakrawati. Kemudian Prabu Setmata menjadi raja di Giri. Ketika Sunan Giri jadi raja di Giri, Majapahit menyerang Giri karena tidak senang adanya kerajaan Islam. Sunan Giri sedang menulis dengan kalam, kalam tersebut dilempar berubah jadi tombak yang mengamuk ke barisan tentara Majapahit yang lari kocar-kacir. Tombak diberi nama Kalam Munyeng. Sunan Giri meninggal digantikan anaknya Sunan Giri Kedaton, kemudian digantikan cucunya Sunan Giri Parapen.  Pada masa Sunan Giri Parapen, Majapahit menyerang lagi dan berhasil menduduki istana tapi saat mau merusak makam Sunan Giri, dari dalam kubur muncul beribu-ribu kumbang yang menyerang tentara Majapahit yang lari kocar-kacir. Giri ditaklukkan Sultan Agung dari Mataram tahun 1636 karena Sultan Agung tidak mau ada dua raja di tanah Jawa.  Sunan Giri Parapen ditawan dan dibawa ke Mataram. Sedangkan anaknya: Jayengresmi, Jayengrana dan Niken Rangcangkapti  melarikan diri.
2. Perjalanan Jayengresmi diikuti santri Gathak dan Gathuk. Rute perjalanan: bekas istana Majapahit, candi Brawu, candi Bajangratu, candi Panataran di Blitar, arca Ki Gaprang di Gaprang, gong Kyai Pradah di hutan Lodhaya, ketemu Ki Carita di Pakel, mata air Sumberbekti di Tuban, sendang Sugihwaras di hutan Bago – Bojonegara, tulang-tulag besar di gunung Phandan, gunung Gambiralaya, ketemu Ki Pandang di Phandangan, sumber api alam di Dhander, sumber minyaktanah di Dandhangngilo, ketemu Ki Jatipitutur di Kesanga, sumber air asin di Kuwu, ketemu Kyai Pariwara di Sela, lihat gunung Merapi di Gubug ketemu Dathuk Bhani, bekas istana Prawata ketemu Ki Darmajati, Mesjid Agung Demak, Jepara, gunung Muria ziarah ke makam Sunan Muria ketemu Buyut Sidhasedya, ketemu Wasi Kawiswara di Panegaran – Pekalongan, gunung Slamet ketemu Seh Sekardelima, gunung Siwal ketemu Wasi Narwita, gunung Cereme ketemu Resi Singunkara, gunung Tampomas ketemu Seh Trenggana, gunung Mandhalawangi ketemu Ajar Suganda, Bogor ketemu Ki Wargapati, membangun pertapaan di gunung Salak. Diangkat anak dan dibawa ke Gunung Karang, Pandeglang, Banten oleh Ki Ageng Karang yang bernama Seh Ibrahim.
Sedangkan cerita, legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang dibicarakan dalam pertemuan dengan orang-orang bijak yang menyepi di pedalaman adalah:
Cerita/Legenda:
Ular Jaka Nginglung asal muasal air asin Kuwu; Ki Ageng Sela menangkap petir dan pepalinya.
Adat Istiadat: Arti kicau burung dandang & prenjak;  Perhitungan hari baik untuk berbagai keperluan;  Ukuran pembuatan keris tombak dan bagian-bagian rumah; Penanggalan Jawa menggunakan 30 Wuku;  Jayengresmi, Jayengrana dan Niken Rangcangkapti
Candrasangkala.
Pengetahuan Spirituil: Serat Nitisruti; Suluk Wali Sanga – cerita tentang Wali Sanga;
Waringin Sungsang; Suluk Tapa Lima; Suluk Langit Sapta; Puji Dina; Tanda-tanda kiamat.
3. Perjalanan Jayengrana dan Niken Rangcangkapti diikuti santri Buras.
4. Rute perjalanan: pesantren Ki Amat Sungeb di Sidacerma, sendang Pasuruan, telaga Gati, Banyubiru, air terjun Baung di gunung Tengger, candi Singasari, sumber Sanggariti di Sisir, candi Tumpang, candi Kidal, Tosari ketemu Buyut Sudarga lihat kawah Bromo dan lautan pasir, ketemu Resi Satmaka di Ngadisari, Klakah ketemu Umbul Sadyana malam hari ke telaga Dago lihat api gunung Lamongan, Kandhangan – Lumajang ketemu Seh Amongbudi, Argapura ketemu Seh Wadat, gunung Rawun ketemu Retna Tan Timbangsih, Nglicin – Banyuwangi lihat candi Selacendhani ketemu Ki Menak Luhung, ketemu Ki Hartati saudagar dari Pekalongan, diangkat anak oleh Ki Hartati dibawa naik perahu ke Pekalongan, diterima dengan senang hati oleh Nyi Hartati, Nyi Hartati meninggal dunia, seribu harinya disusul Ki Hartati juga meninggal, meninggalkan Pekalongan pergi ke gunung Prahu ketemu Ki Gunawan diajak ke pegunungan Dieng melihat sumur Jalathunda, kawah Candradimuka, candi-candi di Dieng, Sokayasa – Banyumas dikaki gunung Bisma, perjalanan diantar oleh Ki Gunawan ketemu Seh Akhadiyat lalu keduanya diangkat anak.
5. Sedangkan cerita, legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang sempat dibicarakan dalam pertemuan dengan orang-orang bijak yang menyepi di pedalaman adalah:
Cerita/Legenda:
Cerita tentang Sri – Sadana, asal mula padi; Sifat-sifat tokoh wayang purwo / Mahabarata: Duryudana, Sengkuni, Durna Pendowo Lima, Sri Kresna, Istri-istri Arjuna: Sumbadra, Ulupi, Manuhara, Gandawati, Srikandi.
Adat Istiadat:
Cara tradisionil mengobati orang sakit dan ibu setelah melahirkan anak; Arti impian; Perhitungan selamatan orang meninggal.
Pengetahuan Spirituil:
Penjelasan agama Hindu – Sambo, Brama, Indra, Wisnu, Bayu dan Kala; Syariat agama Nabi: Adam, Sis, Nuh, Ibrahim, Daud, Musa, Isa, Nabi penutup Nabi Muhammad s.a.w.; Uraian tentang wudlu dan salat; Penjelasan tentang Dzat, Sifat, Nama, dan Keberadaan Allah menggunakan sifat dua puluh; Kadis Markum Baslam tentang empat nafsu: Luamah, Amarah, Supiyah, dan Mutmainah.
Ringkasan Serat Centhini Jilid 02
Serat Centhini Jilid-2 berisi 87 pupuh dari pupuh 88 s/d 174, berisi perjalanan Mas Cebolang (diikuti santri: Palakarti, Kartipala, Saloka, Nurwiti) anak Seh Akadiyat dari Sokayasa, Banyumas. Seh Ahkadiyat pada akhir Jilid-1 diceritakan mengangkat anak Jayengrana dan Niken Rangcangkapti.
Rute perjalanan:
meninggalkan Sokayasa, sampai di makam Dhukuh ketemu Ki Demang Srana lalu diantar ke makam Seh Jambukarang di gunung Lawet, pancuran Surawana yang bermata air di Muncar ketemu Ki Dati, bendungan Pancasan di Banyumas, naik rakit sungai Serayu, berhenti di Arjabinangun ketemu Ajar Naraddhi, lihat gua Limusbuntu, lihat gua Selaphetak yang berbentuk pendapa rumah, sampai di Segara Anakan, naik perahu menuju Karangbolong, di Ujung Alang gunung Ciwiring bisa kelihatan pulau Bandhung tempat bunga Wijayakusuma yang dijaga burung Bayan, di Jumprit lihat mata air sungai Praga di gunung Sindara ketemu Ki Gupita, gunung Margawati di Kedu ketemu Ki Lehdaswaninda, gunung Sumbing di sendang Bedhaya ketemu dhanyang Ki Candhikyuda dan istrinya Nyi Ratamsari, lihat mata air Pikatan, sampai di Ambarawa di gunung Jambu siarah makam Prabu Brawijaya dari Majapahit, suasana jadi gelap karena hujan abu dari letusan gunung Merapi, berjalan dalam gelap sampai di gunung Tidhar ketemu Seh Wakidiyat, lihat candi Borobudur, lihat candi Mendut, sampai di Mataram pada masa Sultan Agung, tinggal di Kauman tempatnya modin istana Ki Amat Tengara, siarah makam Panembahan Senapati di belakang Mesjid Agung, ketemu dengan banyak orang dengan berbagai keahlian: Ki Amongtrustho ahli ulah asmara, Empu Ki Anom ahli pembuatan keris, Ki Bawaraga ahli gending dan gamelan, Ki Madiaswa ahli tentang hal-ihwal kuda, Ki Pujangkara ahli perhitungan hari dan berbagai pertanda alam, jagal Nyai…Cundhamundhing ahli hal-ihwal nama daging bagian-bagian dari kerbau, Nyai Padmasastra ahli batik tulis, Nyai Sriyatna ahli sajen untuk pengantin, Nyai Lurah Kraton ahli ha-ihwal pengantin, modin Ki Goniyah juga ahli hal-ihwal pengantin, Kyai Amat Kategan memberi penjelasan beberapa hal tentang agama Islam, Ki Rasiku jurukunci makam Glagaharum di Demak menjelaskan cerita Sunan Kalijaga ketemu Puntadewa, Ki Harjana santri dari Jatisari ahli perhitungan hari, Ki Amat Setama cerita tentang Raja Istambul, Ki Wirengsuwigna ahli berbagai tarian, Ki Demang Basman ahli perhitungan pembuatan rumah, Kyai Sumbaga ahli pembuatan wayang kulit, Ki Toha menjelaskan tentang mandi Rebo-an, Ki Sopana ahli huruf-huruf kuno, Nyai Atikah bercerita tentang Ni Kasanah yang berbakti sama suami , Ki Narataka jurukunci meriam pusaka kraton, Ki Candhilaras juru dongeng dan tembang..
Pada Jilid 2 ini Serat Centhini lebih banyak mencerikan Mas Cebolang ketemu banyak orang di sekitar istana Mataram bercerita tentang legenda, adat istiadat dan ilmu yang mereka punyai sesuai keahlian mereka masing-masing.
Sedangkan cerita/legenda, adat istiadat, ilmu spiritual yang dibicarakan dalam pertemuan dengan orang-orang tersebut adalah:
Cerita/Legenda:
Sri Kresna dengan bunga Wijayakusuma; Permaisuri Raja Bagdad dan perdana mentrinya; Sunan Kalijaga ketemu Puntadewa raja Amarta; Raja Istambul yang hafal Al-Qur’an; Cerita tentang asal muasal bahasa dan huruf tatkala membangun menara Bibel; Ni Kasanah yang berbakti sama suaminya Suhul; Siti Aklimah yang dituduh serong pada jaman Rasul; Nabi Sulaiman mencoba kesetiaan cinta kasih antara Dara Murtasyah dengan Sayid Ngarip; Cerita wayang lakon Partadewa, Patih Satama dan Nyai Satami yang berubah jadi meriam di kerajaan Galuh;
Adat Istiadat:
Perilaku asmara enam macam; Aturan berkenan dengan nikah, cerai, idah, rujuk, rukun, khuluk, dan maskawin; Keterangan tentang delapan belas wanita yang tidak boleh diperistri; Uraian tentang muhrim wali; Uraian tentang cerai tanpa talak, rapak, syarat nikah, doa nikah, tata-tertib nikah; Perihal ulah asmara, pembuka pembangkit rasa maupun penahan rasa; Hal-ihwal nama dan macam-macam bagian daging kerbau; Hal ihwal keris, bentuk keris, bagian keris, macam ragam bentuk keris lurus dan keris berluk, tentang keris berluk: 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29, bentuk mata tombak lurus dan berluk; Seluk beluk gending dan gamelan;
Hal ihwal berkenaan dengan kuda, cara mengendarai kuda, mencemeti kuda, menjinakkan kuda, bentuk dan warna kulit berkaitan dengan watak kuda; Perhitungan hari memperbaikai rumah, hari pasaran bayi, arti tanda-tanda gejala alam seperti gerhana, lintang kemukus, gempa bumi; Hal-ihwal dengan berbagai kain batik tulis, lukisan kain yang menjadi pantangan dan pantangan-pantangan dalam membuat batik lukis; Uraian sajian buat acara pengantin; Tata cara pengantin, lamaran, peningset, bubak kawah (bermenantu anak sulung), tumplak punjen (bermenantu anak bungsu), midodareni, upacara temu pengantin, kelengkapan pakaian pengantin; Perhitungan menaruh orang sakit; Macam ragam tari wireng dan asal mula tari bedhaya-serimpi; Bermacam-macam wayang (wayang gedhog, wayang klitik, wayang golek, wayang topeng), Mandi Rebo-wekasan (hari Rebo terakhir dalam bulan Sapar); Ruwatan Murwakala.
Pengetahuan Spirituil:
Penjelasan tentang turunnya Lailul-kadar; Kisah Nabi Kidir dan Nabi Musa; Pahala orang yang hafal Al-Qur’an apalagi kalau mengerti artinya; Penjelasan tentang puasa sunah,