Amongraga Ni Centhini

Amongraga Ni Centhini
.Centhini Resort and Restaurant berada diketinggian 1050 meter dari permukaan laut , terletak di daerah kawasan wisata Taman Nasional Gunung Halimun , tepatnya 50 meter sebelum di Wana Wisata Gunung Bunder II, Pamijahan, yang masih berada di wilayah Kabupaten Bogor. Ketika Anda dari Jakarta melalui jalan toll Jagorawi, lalu keluar dari jalan toll menuju kearah Sentul selatan ( Sentul City ) , pilih kearah Jasmine dan arah IPB (Darmaga ). Setelah beberapa kilometer melewati IPB, Anda akan menemukan daerah Cikampak, sebuah jalan menuju ke Gunung Bunder II melewati jalan Cikampak Centhini Resort and Restaurant terdapat taman bunga, bamboo, ikan koi serta nuansa perbatuan, serta disekitar Centhini resort terdapat wisata menararik seperti Curug Cadas, Curug Cihurang, Curug Ngumpet, Curug Cigamea, Curug Pangeran, dan Curug Seribu. Selain itu, terdapat juga kawasan wisata Kawah Ratu.

Kamis, 19 Maret 2015

CENTHINI >>> PENGEMBARAAN SYEKH BERBALUT SEKS

Di abad 17, akibat serbuan dari Mataram, ketiga anak Sunan Giri Perapen; Jayengresmi, Jayengrana dan Niken Rangcangkapti kudu minggat dari bumi Giri. Di kekalutan perang, si sulung Jayengresmi terpisah dari adik-adiknya. Kisah trio Giri saling mencari ini pun diabadikan dalam tembang klasik dikenal dengan Serat Centhini. Dibalik kisah pencarian tersebut, Serat Centhini memuat banyak cerita spiritual, adat istiadat, juga asmara. Nampaknya, tema asmara memang paling digemari sejak lampau hingga kini. Serat ini pun menjadi popular karena cerita percintaannya. Centhini memang  menggambarkan asmara dalam banyak arti, mulai kisah asmara romantis sampai seks erotis paling cabul.
Asmara paling romantis menjadi milik pasangan Jayengresmi (Syekh Amongraga) dengan Ni Ken Tembangraras. Tatkala Jayengresmi melakukan perjalanan menyisir Jawa untuk mencari adiknya, ia berjumpa dengan Tembangraras yang kemudian menjadi istrinya. Paska upacara pernikahan dengan adat Jawa Islam,  Amongraga tak lantas bersanggama dengan istrinya. Sebulan lebih sejoli ini hanya saling menatap dan berbincang, terus begitu hingga malam keempat puluh. Amongraga mewejang istrinya agar persenggamaan mereka mencapai penyatuan sejati.
Kisah asmara tak terbatas pun turut mewarnai Centhini, tak hanya pelepasan hasrat dan persenggamaan antara suami istri, tapi juga seks diluar pernikahan, sesama jenis, bahkan zoofilia. Mas Cebolang (Syekh Agungrimang) dalam pelarian masa muda kerap bersenggama dengan orang yang berbeda, baik lelaki ataupun perempuan. Ia pun sempat menyetubuhi dua perempuan secara bergantian di area pesantren bersama seorang kawan lelakinya. Saat subuh tiba, mereka berhenti lalu mandi dan menunaikan shalat subuh di masjid. Mas Cebolang adalah seorang santri yang nantinya menjadi suami Niken Rancangkapti.
Dalam salah satu jilid dikisahkan paman serta kakak Tembangraras yakni Jayengwesthi, Jayengraga, Kalawirya  pergi mencari Syeh Amongraga. Ki Kalawirya terkena penyakit rajasinga, kemudian ia mendapat anjuran melalui mimpi, bahwa penyakit tersebut bisa sembuh asalkan ia mampu memenuhi satu dari tiga syarat, yaitu bersenggama dengan gadis perawan, dengan wanita yang lagi datang bulan, atau bersetubuh dengan kuda. Karena perawan sulit didapat dan takut dosa jika berhubungan badan dengan wanita menstruasi, akhirnya Ki Kalawirya memilih opsi ketiga. Penyakit itu pun sembuh setelah ia bersetubuh dengan kuda.
                                                                ***
Kiranya, tak bakal mampu menelaah Centhini hanya dengan memaknai beberapa penggal cerita, dimana seluruhnya terdapat 722 tembang. Serat ini mulai ditulis ulang pada 1814 dan selesai 1823. Promotornya yakni Adipati Anom Amengkunegara III ( Paku Buwana V)  beserta tiga anggotanya, Kiai Ngabei Ranggasutrasna, Kiai Ngabei Yasadipura, dan Kiai Ngabei Sastradipura. Dan penafsiran paling kontemporer dari Serat Centhini dilakukan oleh Elizabeth Inandiak

Serat Centhini sendiri berjudul asli Suluk Tambanglaras. Sedang penamaan Centhini diambil dari nama seorang pelayan. Dikisahkan Jayengresmi melakukan perjalanan menyisir Jawa untuk mencari adiknya. Rute pengembaraan Jayengresmi bermula Jawa Timur sampai ke Jawa Barat dan kembali lagi ke Jawa Timur. Di pengembaraan ia bersua dengan tokoh-tokoh dalam tradisi jawa semisal guru, syeh, juru kunci makam, juga mahluk gaib, dimana ia banyak belajar mengenai khasanah Jawa juga pengetahuan Islam. Pertemuan tersebut memengaruhi dan meningkatkan jiwa spiritualnya sehingga Jayengresmi dikemudian hari dikenal sebagai seorang Syekh bernama Amongraga. Paska menjadi Syekh, Jayengresmi berjumpa dengan Ni Ken Tambangraras yang kemudian menjadi istrinya. Ni Ken Tambang Laras ini memiliki pembantu setia bernama Centhini.